Panrita Lopi adalah istilah atau gelar yang sangat dihargai di masyarakat Bugis Makassar yang artinya adalah orang-orang yang memiliki keahlian membuat kapal (ya kapal, bukan perahu nelayan! Melainkan kapal yang ukurannya cukup besar). Proses pembuatan kapal yang dipimpin oleh Pranrita Lopi ini masih sangat menjaga tradisi. Tradisional bahkan cenderung tidak masuk akal ilmu pengetahuan modern. Salah satunya adalah ritual sebelum proses pembangunan kapal dimulai. Berikut ritual tradisional tersebut :
Kayu
lunas dipahat atau digergaji sedikit, kemudian serabut hasil pahatan
lunas kapal dikunyah oleh para pemilik dan punggawa kapal. Tujuannya, agar si pemilik dan punggawa bisa sama-sama merasakan manis dan nikmatnya hasil kapal.
Berikutnya
Lunas dipotong sepanjang 25 cm, tapi potongan kayu tersebut tidak boleh sampai jatuh ke tanah.
Potongan
Lunas lantas dicelupkan ke air laut dan dibawa pulang oleh pemilik kapal. Tujuannya, agar kapal tersebut tidak tenggelam dan selalu bisa kembali pada pemiliknya.
Selanjutnya kue-kue, sesaji dan makanan diletakkan di atas kayu
Lunas. Peralatan pertukangan juga ikut diletakkan di kayu tersebut. Kemudian
Panrita Lopi atau sesepuh punggawa memimpin doa agar alat-alat tukang tidak mencelakakan pekerja dan proses pengerjaan kapal bisa diselesaikan dengan baik.
Dan ritual diakhiri dengan makan bersama, menikmati kue, sesaji dan makanan yang disajikan di atas kayu
Lunas tersebut..
*Sumber : Jawa Pos, Rabu 11 April 2012